Jumat, 01 April 2011

Doa nenek yang berfilosofis


Pada pertengahan maret 2011 hari kamis malam sekitar pukul 23.30 saya mendapatkan kabar duka, Ibu saya memberitahu Mbah Buyut saya meninggal dunia. Nenek saya ini berasal dari keluarga bapak dari Kudus. Beliau sangat berarti bagi saya karena setiap saya pergi meninggalkan rumah untuk kembali ke Bandung tempat dimana saya tinggal sekarang, saya selalu diberikan Nasehat dan berbagi petuah dari beliau.

Doa dan Nasehat yang khas diberikan ketika saya mau pergi dan datang ke rumahnya yaitu “Tak Dongakke pinter sekolahe, Lulus Ujiane, Duwur pangkate, Akeh Bayarane,Tunduk karo Wong Tuwone, Nyembah Gusti Allah, Iman, Islam” (Didoakan pintar dalam mencari ilmu di sekolah, Selalu fokus untuk bisa lulus dalam setiap ujian, Tinggi pangkatnya, banyak gajinya, hormat dengan orang tua, Tekun dalam beribadah dan membawa islam sebagai agama dalam berkehidupan) doa seperti ini pasti dipanjatkan ketika saya akan pergi. Jika dinilai dan dipandang dari berbagai aspek doa yang tergolong simple tetapi dapat memotivasi saya untuk melaju lebih baik kembali.

Pertama dari segi sikap dan berkehidupan dalam bermasyarakat arti doa tersebut selalu mengingatkan kepada saya untuk menjadi individu yang tidak sekedar berorientasi kepada hasil dan materi tetapi ada sebuah “value” atau arti penting bagi kehidupan. Beliau juga pernah bilang bahwa “Manfaatkan materi untuk mendukung kepentingan dan kemajuan bermasyarakat”.

Kedua dari sisi Pendidikan ketika saya masih kecil sampai dewasa beliau selalu menceritakan tentang cerita masa kecil ayah saya yang hanya anak pedagang krupuk yang tidak berhenti untuk meraih cita-cita dalam berpendidikan. Beliau juga menceritakan tentang potret kehidupan masa lalu yang menganggap pendidikan itu tidak perlu tetapi nenek saya sudah menghapus paradigma konvensional tersebut padahal beliau tidak bersekolah tetapi memicu dan memberikan motivasi para cucunya untuk bersekolah karena dengan pendidikan seorang individu akan berbeda dalam menghadapi masalah, rencana dan strategi dalam berkehidupan.

Ketiga Tunduk karo “Wong Tuwane” yang berarti selalu mengingatkan untuk selalu menghormati orang tua selalu saling support dengan keluarga yang lain. Memotivasi untuk selalu membuat bangga orang tua dengan berbagai prestasi yang dicapai.

Terakhir Nyembah Gusti Allah Iman dan Islam : Ini hal terpenting kata kata closing dari doa nenek saya. Point tersebut merupakan point yang menjadi substansi dan pegangan hidup. Bahwa dimanapun saya berada jangan sampai lepas dari agama dan kitab suci karena hanya itu yang bisa menentramkan hati kita dimanapun kita berada.

Mungkin Doa tersebut simple tapi sangat bermuatan makna dalam kita menjalani kehidupan karena hal tersebut memiliki korelasi dalam perjalanan hidup kita yang perlu kita renungkan. Petuah, Doa, dan Nasehat dari beliau akan selalu saya kenang. Terimakasih untuk mbah Jah yang selalu memberikan kasih sayang, tawa canda, kebaikan dll. We Love U.....( Dedicate to Mbah Jah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar