Rabu, 16 Maret 2011

Manajemen Komunikasi dalam Boneka Matriouscha


Pernah dengar tentang boneka matriouscha ? Jika familiar dengan boneka tersebut anda pasti tahu tentang keunikan bentuk dan isinya. Boneka Matriouscha ini boneka yang berasal dari Rusia. Pada Awalnya di abad 19, seorang pelukis Rusia bernama Sergey Malyutin mendapatkan kedua kreasi seni itu. Sebuah inspirasi kemudian melintas di pikirannya. Ia lalu menggambar sosok sebuah boneka kayu dan meminta pemahat bernama Vasiliy Zvyozdotchkin untuk membuatkannya.

Lalu Malyutin menggambari tubuh boneka tadi dengan pakaian tradisional wanita Rusia, lengkap berhiaskan kerudung. Dalam gambar itu terlihat si wanita sedang mendekap seekor ayam jantan berwarna hitam. Sementara tujuh 'saudara' dari wanita itu kemudian di simpan di dalam bonekapertama. Mulai dari laki-laki, perempuan, hingga yang terakhir bersosok bayi.

Boneka mainan yang kemudian menjadi sangat digemari oleh anak-anak di Rusia itu pun menyimpan pesan mendalam tentang kuatnya kasih sayang seorang ibu dan semangat kekeluargaan. Sebuah cara penyampaian yang sangat sederhana, untuk pesan yang begitu mendalam.

Nama Matryoshka juga tidak dipilih dengansembarangan. Konon, kala boneka itu diciptakan, Matryona adalah sosok wanita cantik yang sangat populer di negeri ini. Nama itu juga menjadi nama umum wanita-wanita Rusia, mungkin seperti nama Dewi di Indonesia. Serapan dari istilah latin 'mater' yang berarti ibu, pun makin memperdalam makna Matryoshka.(www.kompas.com).

Jika kita hubungkan dengan komunikasi maka dimaknai dengan berbagai macam salah satunya “Komunikasi adalah Suatu Proses”. Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain akan sesuai dengan kemampuannya untuk mamahami dan mengatur proses komunikasi tersebut. Maka proses komunikasi ini merujuk kepada beberapa element yang membangun frame word bagi konsep Managemen Komunikasi. Elemen-elemen tersebut digambarkan dalam sebuah Boneka Rusia Matrioscha (Kaye, Communication Management : 11)


Figure : The Adult Communication Management Model (Kaye, 1994 : 11)

Penjelasan tentang boneka Rusia “Matrioscha” :

  1. “Self” Boneka terkecil merepresantasikan Diri :
- Knowing & Understanding seseorang merupakan langkah yang efektif untuk manajemen diri
- Self awarness merupakan dasar bagi, self analysis dan self examination disaat seseorang mempengaruhi orang lain melalui pembicaraan atau aksi self adalah komponen intra personal dari model komunikasi orang dewasa.

  1. “Interpersonal” Boneka kedua merepresantasikan :
- Interpersonal doll fokus pada bagaimana self berhubungan dengan yang lain.
- Berlangsung proses komunikasi dimana seseorang berinteraksi satu sama lain menciptakan makna tentang hubungan mereka dari hal-hal alamiah.

  1. “People in System” boneka ketiga menggambarkan :
- Bagaimana orang-orang berkomunikasi dengan yang lainnya dalam sistem tersebut / organisasi tempat mereka bekerja dan belajar.
- Selain itu menggambarkan orang-orang dapat mempengaruhi sistem dan kemampuan orang untuk berkembang.

d. “ Competence Doll” Boneka keempat mendeskripsikan:

- Competence management pada semua level model, seseorang dikatakan intra personally competence bila memahami dirinya dan mampu mengembangkan self control dan management
- Seseorang disebut competence bila dia mampu menimbulkan perubahan pada sistem atau pada orang-orang dalam sistem.
- Seseorang disebut competence ketika dia mampu construct, coordinate & clarity meaning dengan yang lainnya melalui interaksi individu

Selain dalam filosofinya Boneka Matriouscha mempunyai makna kasih saying seorang ibu kepada anak-anaknya yang diwujudkan dalam Boneka terbesar sampai terkecil. Boneka Matriouscha mempunyai makna lain yaitu konsep manajemen komunikasi sehingga menyadarkan kepada kita bahwa dalam berkomunikasi kita mengawali dengan boneka yang paling dalam (self) yang artinya kita kita berkomunikasi secara intrapersonal dengan diri kita, dilanjutkan dengan bagian yang kedua yaitu Interpersonal dimana kita harus mampu berkomunikasi dengan orang lain. Bagian ketiga People In System yang artinya bahwa kita sebagai makhluk social hidup dalam system / aturan yang berlaku dalam masyarakat dan yang terakhir adalah Competence Doll yang berarti kemampuan seorang individu untuk melakukan perubahan dalam sistem masyarakat.

Kita sebagai manusia yang jelas menjadi makhluk social harus memulai sebuah komunikasi dengan diri kita sendiri sehingga kita mampu untuk berhubungan dengan orang lain dengan system yang berlaku sehingga nantinya diharapkan mampu memberikan perubahan sosial masyarakat menuju kemajuan dalam peradaban dunia.

Senin, 14 Maret 2011

Implementasi Drama Turgi



Senin 14 Maret 2011 kemaren saya terkejut dengan sebuah artikel dari buah Koran “Pikiran Rakyat “ yang berisi dengan stigma terhadap perempuan dan musik “Hardcore”. Artikel ini berisi tentang sebuah keserasian antara musik dengan musisinya, dimana musik menjadi media untuk berkreasi. Tetapi terkadang dari kita jika kita mendengar musik “Hardcore” belum mendengarkan kita sudah menolak terlebih dahulu karena dianggap sebagai musik yang Amburadul dan tidak beritme. Tidak hanya itu kita juga menilai bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam dunia ini merupakan orang yang tidak ber-Tuhan (atheis). Stigma tersebut memang tidak pernah terbukti karena kebanyakan masyarakat menilai dari fenomena para anak punk, skinhead, narkoba, minuman keras dan seks bebas.

Di Bandung terdapat sebuah daerah yang bernama “Ujungberung” wilayah ini merupakan "wadah" dan pusat para musisi dan pecinta musik“Underground”. Dalam artikel tersebut juga membahas hal yang tidak normal/ Lazim yaitu tentang kecintaan seorang wanita Berjilbab yang -

menjadi vokalis salah satu band “hardcore”, menariknya adalah wanita tersebut berjilbab dan mempunyai pekerjaan lain yaitu Seorang “Guru TK “. Jika dibayangkan memang agak sulit seorang guru TK dan berjilbab mengeluarkab suara-suara keras menyeramkan tetapi hal ini memang terjadi. Sesuatu yang sangat langka wanita itu bernama Achie dia adalah vokalis band metal yang bernama GUGAT yang terdiri dari Achie (vocal), imam (drum), Okid (Vokal), Oce (gitar), dan Bayu (Bas).

Achie merupakan salah satu orang yang sangat langka dan berani menembus nilai-nilai yang berada dalam masyarakat, dia mempunyai sisi idealisme dan mampu mengimplementasikan sebuah teori social yang disebut dengan Teori Drama turgi. Teori ini adalah diamana kemampuan seseorang untuk memiliki beberapa karakter baiki secara front stage dan back stage. Layaknya seorang Aktor dan Aktris jika berada didepan panggung (Front stage) dia harus memiliki kemampuan untuk menjadi orang lain atau sebuah karakter yang berbeda. Sedangakan back stage ini merupakan karakter asli dari diri kita yang tidak bisa kita sembunyikan.

Jika kita kritis terhadap terhdap diri kita sendiri kita ini hidup dalam Front stage ataukah back stage karena terkadang dunia Frontstage kita terbawa dalam dunia Back Stage kita. Kita harus mengerti bahwa “Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.” (http://meiliemma.wordpress.com/2008/01/27/dramaturgi/).

Manusia seharusnya memiliki karakter pribadi yang harus selalu dipunyainya sebagai “Brand Identity” (dalam dunia marketing) karena itu mewakili personal kita, dan kita harus memiliki kemampuan untuk menjalani karakter lain agar menjadi pelengkap dari karakter asli. Jangan menghilangkan karakter asli kita karena itu merupakan identitas kita jadikanlah karakter “Front Stage” itu menjadi pelengkap untuk mengindahkan karakter asli kita.

Sabtu, 12 Maret 2011

Uniknya Sebuah Persepsi

Penilaian terhadap sesuatu yang baru yang dialami oleh seseorang terkadang membuat menjadi takut dan ragu untuk melakukannya. Kebiasaan yang kita lakukan adalah menggali informasi tentang hal baru tersebut. Dan biasanya kita mendapatkan informasi dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami oleh seseorang yang kemudian diceritakan kembali sehingga muncul suatu persepsi. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru (Jalaludin Rakhmat).

Jadi pengalaman dan pengetahuan yang dialami oleh seseorang sangat mempengaruhi juga dengan persepsi yang dimilikinya. Sedikit kita melihat beberapa gambar dibawah ini :

(foto dari Materi Kuliah prof DedyMulyana)

Ada sebuah pertanyaan yang harus anda jawab:

Bagian Tubuh manakah gambar dibawah ini ? (jangan melihat kebawah terlebih dahulu)

Bagaimana penilaian anda terhadap gambar di atas apa yang ada dalam kepala anda ? ini tergantung dari isi kepala kita dan saya yakin penilaian setiap orang pasti sangat berbeda-beda. Penilaian tersebut juga sangat dipengaruhi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dialami oleh setiap individu.

Jawaban yang tept adalah "Ketiak"

(foto dari Materi Kuliah prof Dedy Mulyana)

Setiap orang memiliki kemampuan untuk memaknai sebuah objek sendiri. Jika kita sadar banyak para persepsi sekarang ini dijadikan sebuah senjata dalam dunia bisnis. Hal ini kita bisa kita lihat secara langsung dengan banyaknya Iklan yang menawarkan produk. Selain itu Persepsi juga digunakan sebagai tools untuk membentuk image atau citra para elit politik. Jika ingin penilaian kita terhdap suatu objek akan lebih bertambah bagus dan tidak salah marilah kita banyak menambah pengetahuan kita agar sesuatu yang positif tidak menjadi negative dan begitupun sebaliknya. Being Smart is a must

Kontemplasi Komunikasi “KERETA ATAU MOTOR”


Dewasa ini banyak orang yang banyak membicrakan tentang komunikasi, dan banyak orang yang sering MISS COMMUNICATIONS atau salah pengertian. Komunikasi adalah kunci dalam kita berhubungan dengan siapa saja. Bahkan Komunikasi dianggap sangat penting dari bayi yang baru lahir, orang pacaran, corporate (perusahaan), dunia politik dan bahkan dalam kita berhubungan dengan Tuhan atau biasa dikenal dengan (Trancedental Communications).

Jika kita sejenak merenung dengan fenomena perpecahan bangsa ini , orang sekarang yang salah paham dll. Sebagai orang Indonesia yang dikenal dengan sikap yang ramah dalam toleransinya, kita seharusnya bisa memberikan contoh bagi bangsa lain dalam berkomunikasi dan menjalani kehidupan social masyarakat. Ada cerita unik sewaktu saya kuliah di Bandung, 2 orang yang saya baru kenal yang berasal dari aceh berbicara kepada saya tentang daerah kita masing-masing. Saya yang berasal dari Kudus jawa tengah berceita banyak tentang masyarakat jawa dan dia pun juga sebaliknya dia menceritakan banyak tentang kehidupan sosial masyarakat di Aceh hingga ada satu pembicaraan kita yang “Unconnected” (tidak nyambung). Kira-kira percakapan kita seperti berikut ini :

“Mizwar kesini (Ke Bandung) naik apa ? (Tanya teman saya yang dari aceh)

“Naek kereta man (namanya azman”) “ (jawab saya)

“sering Naek kereta dari rumah kesini “ (tambah azman)

“sering lah” (jawab saya kembali)

“engga masuk angin ?” (Tanya dia kembali)

“Enggalah kana da ACnya” ( saya menjawab sambil ragu, Soalnya kenapa kita naik kereta musti masuk angin ? kan tertutup)

“ Itu lho yang motor maksudnya “ (sambil tertawa)

“hahahaha” dan (saya pun tertawa keras)

KERETA dalam bahasa aceh adah motor. Sedangkan saya menangkap adalah kereta api. Inilah yang disebut dengan Komunikasi sebenarnya. Jika kita menikamati cerita diatas merupakan salah satu kejadia atau peristiwa salah Interpetasi sehingga menyebabkan salah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk atau wujud dari beberapa hal yang disepakati secara bersama dari berbagai aspek.

Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana didalamnya banyak sekali bahasa yang beraneka ragam yang menjadi kekayaan bangsa ini. Perbedaan tersebut merupakan kekayaan yang tidak dimiliki bangsa lain seperti bahasa, Suku, Agama ras dll. Komunikasi bukan hanya dari bahasa tetapi dari berbagai hal baik itu verbal non verbal. Maka seharusnya kita lebih “aware” lagi tentang pentingnya berkomunikasi dan menjaga segala hal yang berhubungan dengan komunikasi sehingga tidak ada lagi MISS COMMUNICATIONS”